ANTIGEN-SHIFT/DRIFT.


Saya bukan Virolog atau Biomolecular scientist in any way, tapi ingin meluruskan kebingungan yang tampak dari banyak forum dan thread yang saya lihat.

Jadi, manusia, adalah -satu-satunya- spesies yang saya tahu, yang dapat merubah atau memodifikasi tubuhnya secara mendalam untuk bertahan terhadap perubahan lingkungan secara menyeluruh. 

Salah satu cara yang dllakukan manusia, adalah dengan memproduksi vaksin (melalui pikiran dan penelitian science). Jadi manusia mengandalkan otaknya untuk survive seleksi natural ...... (well yah paling tidak ada sebagian manusia mengandalkan otaknya berupa pikirannya dan kerja keras penelitian science, sebagian yang lain mengandalkan pikiran dan penelitian bangsa lain - karena nggak mampu mikir dan neliti sendiri, dan kalau nggak dikasih tinggal modal teriak ras/bangsa/agama saya didiskriminasi ... . dan walaupun dah tahu begitu tetep buang sumberdaya (uang) pada hal lain di luar science, yang padahal nggak berguna untuk kelangsungan genetik mereka.) ..... untuk bisa bertahan hidup. 

Kepada apa spesifiknya spesies harus "bertahan"? Ya berbagai hal, tapi dengan konteks masalah tempo ini, adalah virus.

Tubuh manusia - sebagaimana spesies lain - sudah punya alat alami untuk bertahan terhadap virus. Ini muncul secara natural, melalui mutasi natural dan seleksi alam natural, sehingga generasi yang survive adalah generasi yang "terpilih" karena berhasil bertahan dari seleksi secara natural.

Tapi manusia melangkah lebih jauh, mereka menggunakan kapasitas otaknya - fasilitas yang tidak dimiliki spesies lain - untuk memproduksi ketahanan terhadap virus. 

Spesies lain menggunakan tubuhnya, sedangkan manusia menggunakan tubuh - dan - otak, untuk memproduksi vaksin. Yah, sebagian lain ada juga yang menggunaan doa-massal, tapi kita tahu how it ends up.

Sebelum antibiotik dan vaksin - dua hal yang diproduksi manusia menggunakan otaknya - harapan hidup manusia hanya 35 tahun. Artinya rata-rata orang mati sebelum akhir 
abad 19 adalah pada umur 35 tahun. Setelah ada penisilin dan vaksin, rata-rata umur manusia sekarang 70-90 tahun - bergantung negara mana. Jadi kalau katanya takdir kematian di tangan Tuhan, maka manusia berhasil menegosiasikan takdir kematian tersebut menggunakan otak, paska revolusi industri.

Umur panjang menghasilkan reproductive success yang baik - karena lebih banyak waktu bagi manusia untuk skidipapap menghasilkan generasi baru, dan akibatnya adalah overpopulasi ... ya ... produk otak manusia... dan kemudian dengan jalan kapitalisme memicu pemanasan global, lalu memicu kondisi lingkungan yang mengakseleras evolusi virus, dst.

Nah, virus ini ada banyak - mereka juga sejumlah komunitas yang mengikuti proses evolusi yang sama dengan manusia. Hanya saja ada satu hal yang membuat mereka unik, yaitu, mereka tidak "hidup". Atau bisa dibilang, virus "belum" hidup. Virus baru hidup ketika dia berhasil "membajak" sel hidup.

Sel ini bisa disediakan oleh hewan. Salah satu dari hewan ini, adalah manusia.

Virus HANYA bisa bereproduksi - memenuhi proses evolusi - ketika mereka "hidup" dalam inang - yaitu sel tubuh hewan. Dan secara spesifik yang kita bicarakan, hidup dalam sel tubuh manusia.

Jadi virus tidak bisa berkembang biak di tanah, di kaca jendela, di air, atau dimanapun. Hanya bisa berkembang biak di sel yang kompatibel dengan dirinya.

Dalamm kasus nCov, mereka bisa hidup dan beranak pinak di dalam SEL tubuh manusia. Lebih spesifik lagi, dalam sel organ-organ pernapasan tubuh manusia. Hanya dengan 
itu mereka kompatibel, jadi mereka tidak bisa hidup di sel tulang, sel pantat atau sel rambut. Hanya di lokasi-lokasi spesifik pada organ-organ pernapasan.

Ketika mereka beranak pinak inilah terjadi mutasi - sama seperti manusia, ketika melahirkan, anaknya beda sedikit dengan orang tuanya. Sama, generasi virus yang berikut - tiap kali mereka berhasil membajak sel tubuh manusia untuk beranak-pinak - generasi anak-anak berbeda dengan generasi sebelumnya. (Ya, bisa juga dibayangkan Boomers menghasilkan X, lalu X menghasilkan Y dan Y menghasilkan Millenials, dan Millenials menghasilkan anti generasi ... eh ... forget that one.)

Manusia, menggunakan otaknya - melalui penelitian science - "menangkapi" virus-virus ini, lalu - bayangkan seperti pada ular - racun dan taringnya dicopoti tapi dibiarkan "hidup". Jadilah vaksin. Vaksin ini adalah virus yang "hidup" tapi tidak 
punya bisa atau taring, tidak bisa melukai tubuh manusia.

Buat apa memelihara virus ompong? Untuk jadi sansak. Untuk jadi "sparing partner" latihan imun sistem manusia - yaitu sel darah putih (white t-cell) - untuk berlatih cara terbaik untuk melumpuhkan virus tersebut.

Jadi kalau sudah dilatih menggunakan virus ompong, sel darah putih kita jadi tahu cara tercepat untuk meng-karate atau men-takwondo virus-virus tersebut - ketika virus-virus yang nggak ompong suatu saat masuk dalam tubuh, sebelum virus-virus tersebut berhasil menemukan suatu lokasi dalam tubuh kita untuk dijadikan perumahan, sel darah putih kita sudah bisa mengusirnya terlebih dahulu. Jadi kalau masih baru KPR bayar DP doang, sel darah putih kita mudah mengusirnya.

Problemnya - kalau ada orang yang belum divaksin - virus-virus ini akan berhasil membangun perumahan dan menghasilkan generasi baru. Dan sebagaimana manusia - 
anaknya sedikit berbeda dengan orang tuanya - generasi baru ini sedikit berbeda dengan generasi pendahulu.

Nah, kalau perbedaan ini sudah cukup besar, terjadi apa yang disebut "antigen shift" atau "antigen drift". 

Apa itu?

Gampangnya gini. Kalau tampang generasi virus berikut sudah cukup berbeda dengan generasi sebelumnya, maka sel darah putih kita bisa tidak lagi mengenali bahwa virus tersebut adalah virus yang sudah pernah mereka latih untuk lumpuhkan.

Pernah dapat saudara atau paman yang bilang pada Anda .... eeeeh, kamu anaknya xxx, waaaah pangling, kalau ketemu di jalan mah saya nggak kenal ini.

Nah, seperti itu kira-kira.

Akibatnya, generasi virus yang baru ini berhasil membangun perumahan sebelum sel darah putih kita berhasil lumpuhkan. Dan kitanya jadi sakit.

Itu yang ilmuwan sebut dengan "virusnya sudah bermutasi".

Secara ilmiah, hal ini disebut "ANTIGEN-DRIFT". Antigen adalah rangkaian protein yang membentuk permukaan virus. Sel imun kita mengenali suatu virus dari rangkaian protein ini, sebagai "tampang" si virus. Kalau tampangnya sudah cukup berubah, sel darah putih kita berkurang "kekuatannya" untuk menghajar si virus, sehingga belum sempat si virus dihajar oleh sel imun kita, si virus sudah lebih dulu berhasil membangun perumahan. 

Dan saat telah membangun perumahan ini, virus berlipat ganda dan tubuh si manusia melepas virus-virus generasi baru ini ke lingkungan, siap untuk menginfeksi individu manusia lain. Ini disebut "VIRUS SHEDDING". Jadi massa di antara seorang manusia terinfeksi sampai manusia tersebut mati - (atau sembuh - bila cukup pertolongan), adalah masa si virus menebar diri untuk berkembang biak di tempat lain.

Kalau sudah cukup banyak manusia terinfeksi, munculah generasi virus baru yang sudah berbeda dengan virus sebelumnya - yang telah dijadikan vaksin. Akibatnya, 
vaksin sebelumnya menjadi tidak efektif.

Hal ini disebut VACCINE HALF-LIFE.

Kecepatan Antigen-drift ini berbeda-beda untuk tiap virus. Contoh, virus cacar driftnya lama, sehingga Vaccine Half-Lifenya lama. Vaksin cacar bisa bertahan sampai 100 tahun. Jadi sekali divaksin, seorang manusia aman terhadap cacar - most likely - seumur hidupnya.

Polio - kalau tidak salah - 20 tahun, jadi sebaiknya setelah 20 tahun harus disuntik vaksin baru. Tetanus 10 tahun - juga kalau tidak salah, silahkan google.

Nah, virus-virus pernapasan - Influensa (H1N1, H3N2, etc) dan Sars, adalah jenis-jenis virus yang "cepat" berubah. Vaksin Influenza harus diupdate setiap tahun, contohnya.

Jadi demikianlah manusia dengan otaknya "berlomba" mendahului proses evolusi. Kapan selesainya? Tidak ada. Alam bukanlah tempat yang "diciptakan" untuk manusia. Alam 
berusaha membunuh Anda sebagaimana alam berusaha membunuuh hewan atau tumbuhan lainnya. Bedanya  hewan lain dan tumbuhan hanya menggunakan tubuhnya untuk bertahan hidup. Manusia menggunakan tubuh dan otaknya.

Dan manusia yang nggak pakai otak untuk survive dari virus bisa pakai hasil produk otak orang lain untuk bertahan hidup. Asal nggak kemudian arogan meremehkan kerja otak orang lain itu saja ya.

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual