Suargaloka, Narakaloka DAN Mokshaloka

Suargaloka, Narakaloka DAN Mokshaloka

Upanisad juga bicara tentang sorga dan neraka. Sorga berasal dari kata "Svar" dan "ga", yang artinya pergi ke tempat cahaya.

Sorga dalam konsep Hindu bukanlah tempat untuk memuaskan keinginan-keinginan atau nafsu-nafsu tubuh. Sorga adalah dunia cahaya. Jiwa adalah cahaya. Tubuh yang menjadi sumber nafsu dan penderitaan tidak ada di sorga.

Neraka digambarkan dengan cara yang sangat menahan diri. Pustaka Suci Hindu tidak mengajarkan kenikmatan dari penderitaan orang lain. Dari hampir 25.000 mantra Veda, hanya ada tiga mantra yang menjelaskan tentang neraka. Dari seluruh Upanisad, hanya ada satu teks tentang neraka. "Ada dunia-dunia yang dihuni raksasa, wilayah kegelapan yang pekat. Siapapun dalam hidupnya menolak Jiwa jatuh ke dalam kegelapan kematian"

Dalam Pustaka Suci Hindu, neraka hanya digambarkan sebagai tempat kegelapan, yang dihuni oleh orang-orang yang tidak setia, yang berbuat asubha karma, dan para penyihir. Neraka seperti juga sorga, BUKAN TUJUAN AKHIR, BUKAN TEMPAT YANG FINAL DAN TERTUTUP. Dari keduanya terdapat pintu dan jalan dari mana Jiwa dapat menuju ke tujuan lain, apakah lahir kembali (reinkarnasi) untuk menyempurnakan evolusi Jiwa atau bersatu dengan Tuhan (Moksha).

Dalam Pustaka Suci Hindu, juga tidak digambarkan adanya ancaman seperti hari kiamat. Alam semesta ini lahir dari kebahagiaan dan kembali ke dalam kebahagiaan. 
Penderitaan bukanlah retributif atau balas dendam, tetapi bersifat rekonstruktif untuk membangun karakter. Seperti tanah liat yang digiling, dibentuk dan dibakar untuk dijadikan cangkir porseelen yang indah.

MOKSHA adalah TUJUAN AKHIR dari perjalanan Jiwa, manusia Hindu. Ia digambarkan sebagai persatuan Jiwatma dengan  Brahman (Sang Pencipta). Seperti sungai-sungai yang mengalir ke samudera, ia hilang nama dan bentuk, dan yang ada hanyalah samudera. 
Seperti sungai yang mengalir lenyap dalam samudera membuang bentuk dan nama, demikian halnya yang mengetahui dibebaskan dari nama dan bentuk, mencapai Yang Maha Suci, lebih tinggi dari yang tertinggi"

(taken from : Upanisad Himalaya Jiwa - Intisari Upanisad, by Juan Mascaro & Swami Harshananda, Editing by Ngakan Putu Putra)

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual