Postingan

Menampilkan postingan dengan label ageman

AKSARA JAWA

🌷🌿🌷🌿🌷🌿🌷 *_""_*    Diakui atau tidak,... aksara Jawa merupakan *alfabet paling unik* di dunia ini. Ditinjau dari jumlah, terdiri dari  *20 jenis huruf,* ... yang melambangkan *20 jari manusia.* 🀚 Jari merupakan *alat hitung manusia* yang *paling sederhana,*  dan hal ini melambangkan bahwa *dalam menjalani kehidupannya,* org. Jawa selalu menggunakan *perhitungan yang matang sebelum melangkah.* ⚡ *Deretan ke 20 aksara Jawa* tersebut yaitu adl. : 1⃣  *Ha Na Ca Ra Ka* 2⃣  *Da Ta Sa Wa La* 3⃣  *Pa Dha Ja Ya Nya.* 4⃣  *Ma Ga Ba Tha Nga.* ⚡ Entah kebetulan atau disengaja, deretan huruf di atas *ternyata bukan  deretan huruf tanpa makna,* tetapi   membentuk *4 kalimat yang mengandung filosofi luar biasa,* yaitu : πŸ‘ *Melambangkan perjalanan hidup manusia* ➡ *Ha-na-ca-ra-ka :* Jika dibaca, *Hana Caraka* akan bermakna : *”Ada utusan"*. _Siapa yang dimaksud dengan  utusan tersebut....?_  Tidak lain adalah : *manusia* Berbeda dengan  pendpt umum, bahwa utusan Tuhan hanya terb

Membaca 'ayat suci' dalam Canang I Ratu.

#magamaluh #kapaktujengriset Melompat jauh mungkin ke 24.000 ribu tahun lampau. Atau ke abad 19 Masehi. Atau mungkin ke tahun nol. Bahkan selalu ketika bicara agama di masa kini terjebak syarat definisi agama formalisasi kepentingan negara dalam urusan toleran antar agama. Di seluruh permukaan bumi ini beribu-ribu ada agama-agama. Kenyataan keyakinan tumbuh tak henti pada soal kewahyuan dan 'bebas buta huruf'. Jauh lampau di Bali meletakan apa itu Gama Telu. Igama, Ugama dan Agama. Anehnya yang merujuk kesahihan agama dari ayat suci kitab-kitab kini lupa. Akan adanya Igama dan Ugama, dan Agama itu alami pemdangkalan deskripsi dan makna sebab muasalnya Agama bagi Bali lampau adalah hal-hal yang berkaitan antara tindakan religius, relasi manusia dan negara.  Kini ketika perburuan kebebasan atas nama apapun berhadapan dengan fanatisme dalam relasi kompleks. Tampilan sikap religius sering merambat justru pada isyarat dan ekspresi 'keberjarakan' dengan inti kas

Pengertian Dewa dan Bhatara

Gambar
Dalam kakawin Negara Kertagama pupuh 27.2. tertulis mengenai istilah Dewa untuk memuji raja Hayam Wuruk : singih dewa manindarat juga siran lumanlan i jagat. artinya : Sungguh beliau Dewa menjelma, sedang mengedari dunia.  pada pupuh 1.2. tertulis mengenai Bhatara : haji rajasanagara wiΓ§esa bhupati, saksat janma bhatara natha siran anhilanaken i kalankaniΙ³ praja. artinya : Raja Rajasanagara yang sedang memegang tampuk negara bagai titisan Bhatara beliau menyapu duka kerajaan. kata Dewa dan Bhatara dipergunakan pada masa majapahit merujuk pada Tuhan, atau paling tidak sifat Tuhan. sifat Tuhan yang Maha Menghidupkan disebut Bhatara Brahma, yang Maha Mengatur disebut Bhatara Wisnu, yang Maha Melebur disebut Bhatara Siwa. Dewa berasal dari bahasa sansekerta yaitu 'Div', artinya sinar. sedangkan Bhatara berasal dari kata 'Bhatr', artinya penguasa. jadi Dewa Wisnu misalnya akan dipergunakan untuk menunjukkannya dalam sifat keTuhanan yang menyinari dunia. sedangkan

Ageman Tirta

NAK MEAGAME TIRTHA Agama Hindu di Bali memang berbeda dengan agama Hindu di berbagai belahan dunia manapun, dengan tanah India sekalipun, Hindu di Bali memang berbeda. Dan tak usah jemu ataukah ragu untuk memberi penjelasan keindahan perbedaan itu, awalnya memang, agama Hindu di Bali menyebut dirinya sebagai "Agama Tirtha" - bahkan ada menyebut dengan "Agama Wali". Wali sebutan lain dari Bali, yang artinya Banten; Persembahan. Sebab kepercayaan leluhur orang Bali meyakini pulaunya ini, tanah yang ditempatinya adalah berasal dari kampar raksasa yang dipenuhi bunga. Menyebut agamanya sebagai agama Tirtha, sebab tak ada upacara di Bali yang tidak menggunakan air, lahir, hidup sampai mati berhubungan dan tergantung kepada air. "Tirtha ngaran Amrtha" dalam kitab Paniti Agama Tirtha telah dituliskan dan menjadi dasar keyakinan; Tirtha adalah hidup. Hidup adalah air. Air adalah kehidupan. Sementara dlam Kitab Agama Tirtha: "U" ngaran uddhakam ngaran gan