Postingan

Menampilkan postingan dengan label upacara adat

LONTAR SUNDARIGAMA, JAWABAN TELAK KEPADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG MENGINGINKAN PERUBAHAN UPACARA DIBALI

"iti sundarigama ngaran, maka dresti pakreti gama, lingira sang hyang suksma licin ring sang watek ing purohita kabeh...... ... apan ya wwang tan pakreti rasa ngaran, tan pakrama, sama lawan sato, binaya amangan sega, yan sang wiku tan manut, dudu sira wiku ranakira sang hyang dharma....." isi dari lontar ini adalah tatacara pelaksanaan upacara agama, yang merupakan sabda bhatara guru, yang merupakan pengetahuan sanghyang siwa, sanghyang buddha dan sanghyang waishnawa sebagai agem agaman gama tirta/gama bali. Nasehat ini ditujukan kepada para pendeta ( tri sadhaka ) yang saat itu menjadi penasehat raja. Karenanya lontar sundarigama ini dijadikan sebagai tradsi suci yang patut diwariskan secara turun-temurun dan patut disampaikan kepada setiap umat sejebag bali, agar wilayah tempat dilaksanakan upacara menjadi tentram dan kehidupan masyarakat menjadi sejahtera. Apabila upacara-upacara tersebut tidak dilaksanakan dan diindahkan terutama oleh para pendeta, maka sirna taksu para

Membaca 'ayat suci' dalam Canang I Ratu.

#magamaluh #kapaktujengriset Melompat jauh mungkin ke 24.000 ribu tahun lampau. Atau ke abad 19 Masehi. Atau mungkin ke tahun nol. Bahkan selalu ketika bicara agama di masa kini terjebak syarat definisi agama formalisasi kepentingan negara dalam urusan toleran antar agama. Di seluruh permukaan bumi ini beribu-ribu ada agama-agama. Kenyataan keyakinan tumbuh tak henti pada soal kewahyuan dan 'bebas buta huruf'. Jauh lampau di Bali meletakan apa itu Gama Telu. Igama, Ugama dan Agama. Anehnya yang merujuk kesahihan agama dari ayat suci kitab-kitab kini lupa. Akan adanya Igama dan Ugama, dan Agama itu alami pemdangkalan deskripsi dan makna sebab muasalnya Agama bagi Bali lampau adalah hal-hal yang berkaitan antara tindakan religius, relasi manusia dan negara.  Kini ketika perburuan kebebasan atas nama apapun berhadapan dengan fanatisme dalam relasi kompleks. Tampilan sikap religius sering merambat justru pada isyarat dan ekspresi 'keberjarakan' dengan inti kas

Salah Tafsir Upacara Hindu Bali

OM Swastiastu . OM Awignamastu. Salah tafsir, atau salah pemahaman tentang Upacara Hindu Bali itu disebabkan oleh 2 hal : 1. Orang tersebut adalah orang Hindu Bali tetapi tidak mengerti tattwa upacara Hindu Bali, namun berlagak bagai orang yang sangat paham. 2. Orang diluar Hindu Bali yang sering untuk kepentingan politik keyakinan alirannya untuk menarik penganut Hindu Bali , khususnya yang belum paham tentang tattwa Hindu Bali untuk tertarik menjadi penganut aliran kepercayaannya dengan cara mendiskreditkan Upacara Hindu Bali, atau mengkambing hitamkan/ memfitnah Upacara Hindu Bali dengan sering sering menyebarkan penyesatan pemahaman dg dalih penyederhanaan, terlalu ribet, mahal, tidak praktis, tidak ekonomis, tidak gelis , pemborosan dan bahkan penyebab kemiskinan. Padahal Upacara Hindu Bali yang diciptakan dan dikembangkan oleh Para Maha Rsi, Raja Agung yang sangat mumpuni skala niskala sudah menyiapkan tingkatan Upacara sesuai kwantitas (besaran) yang sangat fleksibel untuk dipil