Postingan

Menampilkan postingan dengan label ironiwarisan

Pewaris yang Lupa Rumah Sendiri: Ironi Spiritual di Tanah Leluhur

Gambar
Di sebuah pulau yang konon menjadi surga terakhir spiritualitas Timur, anak-anak leluhur justru sibuk menekuni yoga dari turis berkaos tanpa lengan, belajar meditasi dari Instagram, dan membeli dupa dari toko oleh-oleh spiritual yang dibuka oleh ekspatriat. Ini bukan sekadar fenomena, tapi sebuah tragedi intelektual dan eksistensial. Warisan luhur yang dahulu diturunkan lewat bisikan sunyi kini dikemas dalam paket wisata spiritual. Inilah sebuah ironi modern: ketika pewaris warisan budaya justru menjadi murid dari mereka yang baru saja mengenal warisan itu. Sebuah kebanggaan yang dibangun di atas kebodohan kolektif, dianggap wajar, bahkan diagungkan. Kita menyaksikan pergeseran dari pewaris menjadi penonton, dari pelaku menjadi pengikut, dari pemilik makna menjadi konsumen kemasan. Tak ada yang salah dengan belajar dari luar. Tetapi ketika yang dari luar justru menjadi sumber utama kebenaran, dan yang dari dalam dianggap ketinggalan zaman, maka kita sedang menyaksikan amput...