Gila Gelar
GELAR Beberapa puluh tahun yang lalu, di sebuah rumah indekosan yang penuh di Semarang, ada dialog begini: T: “Dik, siapa yang di kamar mandi ya? Kok lama.” J: “Doktorandus, Mas…” Nama tampaknya bisa diabaikan, tapi gelar tidak. Tentu saja waktu itu gelar “doktorandus” atau “doktoranda” masih punya nilai, baik untuk cari kerja atau cari jodoh, dan sebab itu dipasang di mana-mana. Inflasi itu pelan-pelan memerosotkannya, dan bersamaan dengan itu peraturan resmi mengubahnya. Sekarang gelar lain berderet-deret di pasar; sudah inflasi juga, tapi belum secara umum disadari. Orang Indonesia, kata seorang kenalan yang pernah tinggal di beberapa negara di Afrika, mirip orang Nigeria: gila gelar. Pejabat, politisi, bahkan pegawai tingkat bawah, mengharap dipanggil “Oga”. Jika kita datang ke kantor pemerintah atau swasta, staf tingkat rendah sekalipun akan tak bersikap ramah bila kita tak memanggilnya “Oga”. Kata ini berarti “boss”. Karena di atas boss ada boss lain — dan itulah bi