Tiga Dewi Wicca
Simbolisme Kehidupan dalam Ukiran Kayu: Sang Dewi dalam Tiga Wajah
Sebuah ukiran kayu memukau, penuh detail dan makna mendalam, menggambarkan tiga sosok perempuan berdiri tegak di tengah komposisi yang kaya simbol. Mereka bukan sekadar figur biasa, melainkan representasi dari salah satu arketipe tertua dalam kepercayaan spiritual kuno: Triple Goddess — Dewi dalam tiga aspek: Perawan (Maiden), Ibu (Mother), dan Nenek Bijak (Crone).
Ukiran ini bukan hanya seni, tetapi narasi visual tentang siklus kehidupan, keseimbangan alam, dan kekuatan feminin yang abadi. Di atas ketiga Dewi ini, hadir simbol bulan tiga fase — bulan sabit kiri, bulan purnama, dan bulan sabit kanan — yang dikenal sebagai Triple Moon, simbol Wicca yang mewakili perubahan fase dalam hidup, juga perjalanan roh manusia.
Maiden - Sang Awal
Di sisi kanan, sosok muda yang memancarkan kesegaran dan keluguan mewakili Perawan, simbol dari awal yang baru, harapan, dan potensi tak terbatas. Ia adalah musim semi dalam kehidupan manusia, tempat di mana segala kemungkinan masih terbuka lebar.
Mother - Sang Pusat Kehidupan
Di tengah, berdiri megah sang Ibu, dengan perut yang membuncit oleh kehidupan baru. Ia adalah lambang kesuburan, penciptaan, kasih, dan perlindungan. Dari rahimnyalah kehidupan berasal, dan api di bawah kakinya mengisyaratkan transformasi besar — bahwa kehidupan selalu lahir dari kobaran perubahan.
Crone - Sang Penjaga Akhir
Di sisi kiri, sosok tua dengan kesan kematian — tengkorak atau wajah keriput — membawa aura misterius dan kebijaksanaan mendalam. Ia bukan akhir, melainkan gerbang menuju kebangkitan baru. Ia adalah pengingat bahwa semua kehidupan akan menua, mati, dan lahir kembali dalam siklus abadi alam semesta.
Pohon Kehidupan dan Satwa Roh
Pohon besar yang tumbuh dari kepala mereka bercabang ke langit, membentuk Tree of Life — simbol universal yang menyatukan langit, bumi, dan dunia bawah. Dahan-dahannya dihuni oleh burung dan hewan yang mewakili roh-roh alam, kebebasan, dan harmoni antar elemen.
Ukiran ini seolah mengajak kita merenung: bahwa kehidupan adalah lingkaran, bukan garis lurus. Bahwa kekuatan tertinggi dalam semesta tak selalu hadir dalam bentuk pedang atau mahkota, melainkan dalam bentuk rahim, pelukan, dan kebijaksanaan seorang nenek yang diam.
---