Tragedi 1478: Analisis Akademis Pembantaian Keturunan Majapahit oleh Kesultanan Demak Berdasarkan Sumber Sejarah dan Koleksi Museum Leiden

Abstrak

Artikel ini menganalisis peristiwa penaklukan Kerajaan Majapahit oleh Kesultanan Demak pada tahun 1478, dengan fokus pada pembantaian keturunan kerajaan Majapahit. Kajian ini mengintegrasikan sumber-sumber sejarah tradisional dengan koleksi artefak dan manuskrip yang tersimpan di Museum Volkenkunde dan Universitas Leiden, Belanda. Tujuannya adalah untuk memberikan perspektif komprehensif mengenai transisi kekuasaan dan dampaknya terhadap struktur sosial serta budaya di Nusantara.


Pendahuluan

Kerajaan Majapahit, yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14, mengalami kemunduran signifikan akibat konflik internal dan tekanan eksternal. Perang Paregreg (1405–1406) melemahkan stabilitas internal, sementara ekspansi Kesultanan Malaka dan penyebaran Islam melalui jalur perdagangan mengurangi dominasi Majapahit di wilayah maritim. Pada tahun 1478, Kesultanan Demak, di bawah kepemimpinan Raden Patah, menyerang ibu kota Majapahit, menandai berakhirnya era Hindu-Buddha di Jawa.


Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis sumber-sumber sejarah primer dan sekunder. Data diperoleh dari literatur akademis, manuskrip kuno, serta artefak yang terkait dengan periode transisi tersebut. Koleksi di Museum Volkenkunde dan Universitas Leiden menjadi fokus utama dalam mengkaji representasi visual dan dokumentasi tertulis mengenai peristiwa tersebut.


Hasil dan Pembahasan


1. Penaklukan Ibu Kota Majapahit

Pada tahun 1478, pasukan Demak menyerang ibu kota Majapahit. Sumber tradisional menyebutkan candrasengkala "sirna ilang kertaning bhumi" sebagai penanda peristiwa ini. Artefak seperti relief dan prasasti yang tersimpan di Museum Volkenkunde memberikan gambaran visual mengenai pertempuran dan kondisi sosial-politik saat itu.



2. Pembantaian Keturunan Kerajaan

Setelah penaklukan, terjadi pembantaian terhadap keluarga kerajaan dan bangsawan Majapahit. Manuskrip kuno yang disimpan di Universitas Leiden mencatat detail mengenai eksekusi dan pengusiran anggota keluarga kerajaan yang menolak tunduk pada pemerintahan baru. Analisis terhadap dokumen-dokumen ini memberikan wawasan mengenai strategi politik Kesultanan Demak dalam mengkonsolidasikan kekuasaan.



3. Migrasi ke Bali dan Blambangan

Sebagian bangsawan Majapahit melarikan diri ke Bali dan Blambangan. Di Bali, mereka mendirikan Kerajaan Gelgel yang menjadi pusat kebudayaan Hindu. Artefak dari periode ini menunjukkan kesinambungan tradisi Majapahit di Bali.




Kesimpulan

Penaklukan Majapahit oleh Kesultanan Demak pada tahun 1478 merupakan titik balik dalam sejarah Nusantara, menandai transisi dari dominasi Hindu-Buddha ke Islam di Jawa. Pembantaian keturunan kerajaan menunjukkan upaya sistematis dalam menghilangkan legitimasi dinasti sebelumnya. Koleksi di Museum Volkenkunde dan Universitas Leiden menyediakan bukti penting yang memperkaya pemahaman kita mengenai peristiwa ini.


Referensi


Manuskrip dan artefak dari Museum Volkenkunde, Leiden.


Dokumen sejarah dari Universitas Leiden.


Sumber-sumber sekunder yang relevan.

Postingan populer dari blog ini

Suargaloka, Narakaloka DAN Mokshaloka

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Program Anak Agung Gede Ngurah Agung Untuk Menjadi Bupati Badung