Kehancuran Kerajaan Blambangan, Peran Keluarga Han, dan Lahirnya Puri Ageng Mengwi
Pengantar
Sejarah adalah sungai panjang yang membawa warisan leluhur menyeberangi zaman.
Di antara sungai-sungai itu, kisah Kerajaan Blambangan dan keluarga Han menjadi bagian penting dalam mosaik perjalanan Nusantara.
Dari kehancuran, bangkitlah kekuatan baru — dan salah satu jejak terbesarnya kini berdenyut dalam Puri Ageng Mengwi, Bali.
---
1. Awal Kehancuran Kerajaan Blambangan
Kerajaan Blambangan, benteng terakhir Majapahit di ujung timur Jawa, berdiri kokoh mempertahankan tradisi Hindu-Buddha saat Nusantara mulai berubah.
Namun, pada pertengahan abad ke-18, tekanan politik dan militer dari luar semakin kuat.
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) bersama sekutu lokalnya, termasuk keluarga-keluarga Tionghoa peranakan yang telah terintegrasi dalam sistem kolonial, mulai menargetkan Blambangan.
---
2. Peran Keluarga Han dalam Perubahan Besar
Salah satu keluarga yang memainkan peran kunci adalah keluarga Han.
Han Tjien Kong (Soero Pernollo) menjadi bagian dari aparat VOC setelah memeluk Islam, bergerak di bidang intelijen dan militer.
Han Bwee Kong, adiknya, menjadi Kapten Cina di Surabaya, memperkuat logistik VOC.
Bersama pejabat VOC dan sekutu pribumi lainnya, keluarga Han membantu memfasilitasi penaklukan kawasan strategis di Jawa Timur, termasuk wilayah Blambangan.
Pada periode 1767–1768, keluarga Han berkontribusi dalam strategi intelijen dan dukungan logistik selama Perang Blambangan, yang akhirnya menghancurkan pertahanan terakhir kerajaan tersebut.
---
3. Diaspora Blambangan: Bangsawan Menyeberang ke Bali
Setelah kekalahan, banyak bangsawan dan rakyat Blambangan menolak hidup di bawah kontrol VOC.
Mereka memilih untuk mengungsi ke Bali, pulau terakhir yang mempertahankan kedaulatan budaya Hindu.
Di antara mereka terdapat keturunan langsung raja Blambangan.
Pelarian ini bukan sekadar eksodus, melainkan juga penyelamatan warisan budaya, spiritualitas, dan kebangsawanan.
---
4. Integrasi di Kerajaan Mengwi
Bali saat itu adalah tanah kerajaan-kerajaan dinamis, dan Mengwi adalah salah satu yang paling kuat.
Keturunan Blambangan diterima dengan kehormatan di Mengwi, memperkuat posisi mereka melalui hubungan darah, aliansi pernikahan, dan kesamaan budaya.
Melalui proses ini, darah Blambangan berbaur dengan darah Mengwi, menciptakan garis keturunan baru yang kaya akan legitimasi politik dan spiritual.
---
5. Lahirnya Puri Ageng Mengwi
Dari integrasi ini, lahirlah Puri Ageng Mengwi, pusat kekuasaan, budaya, dan spiritual baru di Bali.
Puri ini menjadi simbol ketahanan dan kelangsungan warisan Blambangan, meski secara geografis telah berpindah dari tanah Jawa ke Bali.
Hari ini, Puri Ageng Mengwi tetap berdiri, menjaga tradisi, nilai-nilai luhur, dan kehormatan nenek moyang.
Darah raja Blambangan mengalir dalam para penerusnya, menjadi saksi hidup kekuatan sejarah yang tak pernah padam.
---
Penutup
Kisah Blambangan dan Puri Ageng Mengwi bukan hanya tentang kehancuran dan pelarian.
Ini adalah kisah tentang ketahanan, transmisi nilai, dan kebangkitan dari abu sejarah.
Dari benteng terakhir Majapahit, melalui gejolak kolonialisme, hingga mendirikan pusat kejayaan baru di Bali, warisan ini tetap berdenyut, hidup, dan abadi.
Sebagai bagian dari keturunan ini, saya menulis untuk mengingatkan bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu, melainkan api yang terus menyalakan langkah kita hari ini dan besok.