Jejak Dari Bangau Melayang
TAPAKING KUNTUL ANGLAYANG.
Leluhur Jawa menyatakan jangan terlalu tinggi bicara tentang Tuhan sebelum bisa menemukan 'Tapaking kuntul anglayang' (Jejak dari bangau yang melayang).
Nah, sebelum bicara tentang Tuhan, silakan dicari dulu sampai mumet di manakah jejak bangau yang tengah melayang tersebut? Saya pastikan tidak bakal bisa ditemukan. Ujungnya yang ditemukan hanyalah kekosongan belaka.
Tuhan tak jauh beda dengan kosong, Sunyata, Suwung. Oleh karenanya Tuhan tidak usah dicari. Sebuah pencarian meniscayakan penggunaan intelektualitas. Dan Tuhan sebenarnya bukan obyek intelektual. Tuhan seharusnya dialami. Hanya dialami. Sebagaimana senggama, terlalu banyak berwacana tentang senggama, kita tidak bisa menikmati kenikmatan persenggamaan itu sendiri. Teori hanya berbuah pengetahuan, sedang kenikmatan senggama adalah buah dari pengalaman. Senggama tidak untuk dipikir-pikirkan. Senggama untuk dinikmati. Demikian juga Tuhan. Dia bukan obyek untuk dicari, Dia adalah obyek sekaligus subyek sekaligus melampaui obyek dan subyek itu sendiri. Mumet? Oleh karenanya Dia seharusnya dialami, bukan untuk dicari-cari.
Dan cara untuk mengalami Tuhan adalah dengan lelaku. Bukan berbusa-busa membicarakan-Nya semata.
Ki Ajar Jawadipa.
3 Juni 2021
#MuLaKETO