Weda

WALAU SERIBU VEDA MENGATAKAN BAHWA API ITU DINGIN, JANGANLAH PERNAH LANGSUNG DIPERCAYA

Demikianlah kira-kira terjemahan sebuah sloka Veda yang menekankan pentingnya analisa dan pemahaman ilmiah akan kebenaran setiap sesuatu, tidak terkecuali masalah-masalah metafisika, spiritual, ketuhanan dan Veda sebagai kitab suci sekalipun.

Lewat sloka ini Veda yang meskipun diyakini sebagai kebenaran absolut yang berasal dari Tuhan secara langsung tetap membuka diri untuk dibuktikan kebenarannya. Veda membuka diri untuk dikaji secara ilmiah untuk membuktikan bahwa apa yang disampaikan dalam Veda adalah benar-benar kebenaran yang absolut. Oleh karena itu sudah sepatutnyalah para pengikut Veda menghapuskan dogma-dogma dan berusaha berpikir kritis akan segala sesuatu.

Dewasa ini kita mempraktekkan agama kita berdasar dogmatisme. Tapi besok, dalam jaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknotronik anak-anak kita akan menolak kita, akan menertawakan kita, bila kita tidak dapat menjelaskan agama dalam bahasa akal. Saudara-saudara, kita harus memperluas hati kita. Kita harus menjadi rasional dan merasionalisasi agama kita.

Yang terpenting adalah ajaran-ajaran dalam agama Hindu bisa diterima oleh logika kita sebagai manusia yang memiliki akal untuk menimangnya. Janganlah kita langsung percaya begitu saja dengan isi kitab sebelum kita dapat mengupasnya menjadi hal yang masuk akal dan bisa diterima oleh akal sehat kita. Apa yang dikatakan oleh agama harus bisa bertemu dengan pembuktian-pembuktian empiris ilmu pengetahuan, sebab agama diperuntukkan bagi orang yang masih hidup. Dengan demikian, ajaran agama harus sejalan dengan dunia nyata. Hal ini sesuai dengan nasehat Sang Buddha yang menyatakan bahwa "Kita tidak boleh membabi buta dalam meyakini naskah-naskah kuno". Segala yang ada harus ditelaah. Kitab suci Veda juga mengamanatkan, "Walau seribu Veda mengatakan bahwa api itu dingin, janganlah pernah langsung dipercaya!". Sebagai alat untuk mencari kebenaran, sains dan Veda semestinya menuju kebenaran yang sama. Sudah seharusnya sains menjadi jalan setapak menuju pencerahan. Namun tidak ada gunanya kita mempelajari ilmu sains jika kita semakin tidak mengerti akan diri kita sendiri. Upaya untuk menyingkap kebenaran ilmiah dikenal dengan nama metode ilmiah, yang dalam ajaran agama Hindu dikenal sebagai Tri Premana, yaitu: agama (sastra) premana (kesaksian orang lain), anumana premana (penalaran) dan pratyaksa premana (pengamatan langsung). Kerangka berfikir dalam metode ilmiah tersebut merupakan rangkean proses logika-hipotetika-verifikasi. Pustaka suci Reg Veda mengamanatkan agar ilmu pengetahuan disebar luaskan sebagaimana halnya cahaya yang menyebar kesegala arah. Sloka pertama dalam Sarasamuscaya menyebutkan "Dharma carte ca kame ca moksa ca bharatasabha, yadiasti tadanyatra yannehasti an tat kvacit". Artinya segala ajaran tentang Caturmarga (Dharma, Artha, Kama dan Moksa), baik sumber, uraian, arti maupun tafsirannya, semua ada di sini. Singkatnya, segala yang ada di sini akan terdapat dalam sastra lain, tetapi yang tidak ada di sini tidak akan pernah ada dalam sastra lain.

Dr.K. Walker mengatakan; pada suatu saat Veda itu adalah Agama, pada saat lainnya adalah filsafat, dan saat lainnya lagi adalah merupakan ilmu sains. Tentu pernyataan tersebut bukan isapan jempol belaka, tetapi didasarkan atas bukti-bukti yang argumentative ilmiah. Pendapat Prof.Dr.D.C Morgan yang sangat mengagumi sifat ilmiah Veda. Sebagai contoh, matematika yang rasanya tidak mungkin terdapat dalam kitab suci agama, ternyata terpendam dalam kitab suci Veda. Ia mengatakan "Pencapaian tertinggi dan terjauh dari matematika barat modern, masih belum membawa dunia Barat ke ambang matematika Veda, pada zaman India kuno". Gerald Head juga mengatakan "Vedanta merupakan keterangan yang sangat ilmiah tentang hukum-hukum yang mengatur alam semesta". Keagungan Veda juga disampaikan oleh Annie Besant, wanita Inggris pemimpin masyarakat Theosofi mengatakan "Setelah lebih dari 40 tahun mempelajari agama-agama besar dunia saya mendapat kesimpulan bahwa tidak ada pustaka suci yang sempurna, seilmiah, sefilosofis dan sespiritual Veda".

We must learn to use our wisdom and lead a well-grounded life. Always reflect on issues objectively and do not blindly get caught up in hearsay.

Kebijaksanaan harus terus dibina, serta bersungguh-sungguh dalam berprilaku dan berbuat. Jangan percaya membabi buta tanpa merenungkan benar salahnya.

Never keep good teachings to oneself, but must widely propagate.

Ajaran yang baik bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan harus disebarkan secara lebih luas.

OM Shanti.

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual