Menyadari Keterbatasan Diri
❤ **
“Ketika seseorang sudah menganggap bahwa dirinya adalah nomor satu, hati-hatilah sebab tinggal menunggu waktu saja untuknya jatuh,” kata seorang bijaksana.
Balzac adalah seorang pengarang kenamaan Prancis. Pada waktu senggang, ia menyibukkan diri menganalisis tulisan tangan seseorang. Menurutnya, tulisan adalah petunjuk watak seseorang. Begitu tepatnya menilai tulisan tangan orang, ia menganggap dirinya begitu ahli di bidang itu.
Suatu hari, seorang pembantu rumah tangga mengantar kepadanya buku catatan pekerjaan rumah seorang anak kecil. Ia meminta Balzac memberikan pendapatnya tentang bakat anak itu. Balzac lalu meneliti tulisan kacau balau tersebut.
Balzac bertanya, “Apakah engkau ibu anak ini?”
Ibu itu menjawab, “Bukan.”
Balzac bertanya lagi, “Mungkin Anda mempunyai hubungan keluarga dengannya?”
Ibu itu menggeleng. Balzac berkata, “Baiklah. Saya akan mengatakan kepadamu secara terus terang pendapatku. Anak ini ceroboh dan sepertinya agak bodoh. Saya kuatir, ia tidak akan pernah berprestasi dalam bidang apa pun.”
Ibu itu berkata, “Tapi, Tuan, catatan itu milik Tuan sendiri, ketika masih duduk di bangku SD dulu.”
*Hidup Sewajarnya*
Manusia sering menyombongkan diri ketika memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Manusia sudah merasa mengerti banyak hal, sehingga apa-apa saja ingin dikerjakan. Padahal manusia senantiasa menilai hal-hal baik yang ada dalam dirinya. Hal-hal yang buruk sering tidak bisa dinilai.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk berhati-hati dalam bertingkah laku. Apa yang kita ketahui tidak berarti orang lain tidak tahu. Apa yang kita bisa tidak berarti orang lain tidak bisa. Pengarang kenamaan itu terjebak dalam kesombongan dirinya sendiri. Ia merasa bisa dan tahu membaca tulisan tangan seseorang, ternyata ia tidak tahu sama sekali.
Dalam hidup ini orang mesti menyadari bahwa manusia itu makhluk yang terbatas. Kita tidak bisa mengerjakan segala hal dalam hidup ini. Ada yang bisa kita kerjakan, ada yang tidak bisa kita kerjakan. Karena itu, kita butuh pertolongan dari orang lain untuk membantu kita dalam mengatasi hal-hal yang sulit dalam hidup ini.
Kita juga mesti belajar menerima diri apa adanya. Kita tidak menjadi orang yang sombong, ketika kita mampu melakukan sesuatu. Mari kita terus-menerus hidup jujur dan benar. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan orang lain. Tuhan memberkati. **
*_Frans de Sales SCJ_*ππΏπΉ