KARNA, KEHENDAK BEBAS DAN KARMA

Karna, anak Kunti yang pertama hasil keisengannya memanggil Bhatara Surya dengan membaca mantra sakti hadiah dari Maharsi Durvasa, adalah seorang ksatria yang jujur dan berbudi luhur. Ia tidak memiliki genetik penjahat dalam darahnya. Ayahnya Dewa Surya, penguasa Matahari. Ibunya Dewi Kunti, keturunan bangsa Yadava yang termasyur. Ia berguru kepada Parasurama yang agung. Tapi mengapa hidup Karna diliputi cerita sedih ?

Di penghujung perang Bharatayuda, saat roda kereta perangnya terperosok kedalam lumpur, saat ia lupa dengan semua ilmu yang dipelajarinya dari Parasurama, ia dengan syahdu bertanya pada Vasudewa Krisna : mengapa semua ini menimpaku ? Dimana keadilan itu ? Aku berjuang sendiri dengan kekuatanku, apa dosaku hingga kemalangan ini terus mengikutiku? Saat kecil aku dibuang oleh ibuku. Saat remaja aku ditolak berguru oleh Rsi Drona hingga aku terpaksa berdusta kepada Parasurama agar diterima sebagai murid, itupun aku lalu dikutuknya. Dan kini, disaat paling menentukan dalam hidupku, aku bahkan tak mampu mengingat mantra untuk memanggil Brahmastra. Vasudewa, mengapa ini semua terjadi padaku ? 

Sang pemilik kehidupan, Vasudewa Krisna, tersenyum. Jawaban Vasudewa Krisna ini, layak kita renungkan dan jadikan suluh, penerang hidup, terutama dijaman yang semakin mudah menyeret kita keluar dari Dharma ini. 

*Apa saja petuah sang pemilik kehidupan kepada Karna* ?

1. Kamu lupa pada semua ilmu yang pernah kamu pelajari. Kutukan Parasurama karena kamu berdusta, hanyalah jalan bagi perwujudan karma yang kamu torehkan sendiri. Ketahuilah Karna, tujuanmu menuntut ilmu itu salah sejak awal. Kamu menuntut ilmu bukan untuk tujuan memberi sumbangan kebaikan bagi masyarakat, melainkan untuk balas dendam. Dendammu pada Arjuna adalah dendam yang tidak beralasan. Kamu membenci kelahirannya, padahal ia tidak pernah minta dilahirkan dari rahim bangsa Ksatria. Dendam itu sendiri adalah dosa. Tindakanmu karena motif dendam itu juga dosa. Adakah tindakan yang lebih buruk dari tindakan yang dimotivasi kebencian dan dendam ? Karna, seharusnya kamu belajar, memahami hakikat ilmu, untuk tujuan mulia, menyumbangkan kebaikan-kebaikan bagi masyarakat.

2. Kamu memang mendapat perlakuan yang tidak adil. Orang-orang tidak menghargai kekuatanmu hanya karena kelahiranmu. Itu adalah tindakan yang keji. Tapi Karna, mari aku ceritakan sebuah kisah. Dulu, ada seorang Resi bernama Jamadagni. Suatu hari, seorang Ksatria bernama Kartawirya bersama anak-anaknya membunuh Rsi Jamadagni. Anak Rsi Jamadagni yang dibakar dendam bersumpah memerangi para Ksatria hingga ia berkeliling dunia 3 kali, tetapi dendamnya tidak kunjung padam hingga awatara Wisnu, Ramadewa, menyadarkannya. Ia akhirnya bertapa, bersemedi, mendedikasikan dirinya untuk kebaikan umat manusia. Kamu tau siapa putra Rsi Jamadagni itu ? Dialah gurumu yang juga mengutukmu, Parasurama. Andai karena kemarahannya itu dia bersekutu dengan kejahatan, tentu kini dunia mengenalnya sebagai penjahat pula. Tapi lihatlah, kini dunia menghormatinya sebagai Maharsi yang agung. Dunia memang dipenuhi ketidakadilan, kadang kekejaman. Responmu, yang lahir dari kehendak bebasmu, itulah yang menunjukkan kualitasmu. Dan karmamu muncul dari responmu itu. Saat kamu diperlakukan secara tidak adil, kamu memiliki 2 pilihan : pertama, kamu mengunakan energi, semangat dan kekuatanmu untuk menegakkan kebenaran dan berjuang untuk meluruskan ketidakadilan yang terjadi itu. Kedua, kamu bisa bertindak cengeng, mengeluh, dan berpihak kepada siapapun yang ada di seberang pihak yang berlaku tidak adil, tanpa menelisik kebenaran pihak-pihak itu. Sayangnya, kamu memilih jalan yang kedua. Hanya karena benci dan iri pada Arjuna, kamu memihak Kurawa. Karena memihak Kurawa, kamu ikut tertawa saat Drupadi ditelanjangi. Wahai Karna, kebenaran macam apa yang kau bela melalui persekutuanmu dengan Kurawa? Ketidakadilan yang kau alami, tidak membebaskanmu dari karma akibat pembelaanmu pada kejahatan. Ketidakadilan adalah satu hal. Responmu adalah tanggung jawabmu. Andaikan setiap ketidakadilan melahirkan dendam kesumat dan pembalasan dengan membangun persekutuan dengan kejahatan, dunia macam apa yang akan kita jumpai ?

3. Kamu mengira Duryodana berbaik hati padamu. Tidak ! Kamu tertipu, Karna. Kamu tidak dapat menilai pemimpin hanya dari satu tindakannya. Kamu harus menilai pemimpin dari karakternya. Kalau Duryodana memang orang baik, mengapa dia hanya menggelimangkan harta kepadamu ? Kenapa dia tidak melakukan hal yang sama pada rakyat Hastinapura? Karna, dia memberimu privilege, kekayaan, kekuasaan, hanya karena dia mengetahui dendammu pada Arjuna, dan bahwa kamulah satu-satunya pemanah yang mampu menandingi Arjuna. Hanya itulah tujuannya. Kebaikannya padamu hanyalah kebaikan palsu untuk memenuhi ambisinya. Dan kamu, Karna, menerima kemewahan itu hanya untuk mendapatkan jalan bagi pemenuhan dendammu. Dan untuk itu kamu rela bersekutu dengan kejahatan.

4. Semakin besar kekuatan dan kekuasaan seseorang, maka semakin besar tanggungjawabnya pada dunia. Perang Bharatayudha ini terjadi bukan hanya karena ketamakan Duryodana dan kelicikan Sangkuni. Tapi adalah kesalahan 3 orang : Kakek Bhisma, Mahaguru Drona, dan kamu sendiri, Karna. Dukungan kalianlah yang menyebabkan kejahatan membesar, merasa kuat dan berani mengobarkan perang melawan kebenaran. Maka Karna, hari ini, disini, terimalah kematianmu.

*Empat nasihat Vasudewa Krisna itu, meskipun diuraikan ribuan tahun sebelum masehi, masih dan tetap relevan hingga sekarang. Mari renungkan dan jadikan tuntunan, karena hal-hal yang menimpa Karna kadangkala juga menimpa kita. Pun tawaran menggiurkan yang diterima Karna kerap kali menghampiri kita, dalam berbagai bentuk. Semoga kita selalu teguh di jalan Dharma.*

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual