KAJIAN OBJEKTIF TENTANG PROBLEMATIKA KEBERADAAN HK (HARE KRISNA) DI BALI

Kemarin saya sengaja mencoba membaca Bhagavad Gita (BG) Karangan Srila Prabupada (Pendiri HK), yang sudah lama diberi seorang teman namun belum pernah saya baca serius, dan ternyata saya menemukan hal-hal berikut ini. 

HK / Prabupada memberi tafsiran yg berbeda / menyimpang tentang BG. (Tapi memberi nama bukunya "BG As It Is" (BG Sesuai Aslinya). Ia berbohong). Ia menyampaikan kalimat2 yg semua mengarah pada ajakan dan rayuan agar orang-orang atau pembaca BG versinya tertarik masuk HK. 

Itu salahsatu cara mereka dalam mengkonversi orang menjadi HK. Apalagi kepada orang Hindu. Saat ini tampaknya Bali sedang menjadi target besar dari HK untuk dikuasai. Pesona Bali membuat mereka ingin menguasai Bali dengan pertama-tama mengkonversi orang Hindu Bali menjadi HK dulu. 

Prabupada dan HK tampaknya memakai metode / teknik mengklaim semua hal yg populer atau besar utk ditafsirkan atau disama-samakan, lalu dibelokkan ke Hare Krisna (HK). Ia memakai nama Veda, Sanatana Dharma, Bhagavad Gita, bahkan pakai nama Hindu bila perlu (walau Prabupada menyatakan HK bukan Hindu) utk menarik orang ke HK. Setelah jadi HK baru didoktrin bahwa HK itu lebih baik daripada Hindu, dan seterusnya, dan seterusnya. 

Ini yang tidak "satyam". Tidak jujur. Bahkan bisa dikatakan kebohongan dan tipuan. HK mengaku mengajarkan satyam tapi para pengikut HK sekarang mencoba dgn segala cara utk merekrut pengikut HK (biasa mereka sebut bhakta). 

Ini yang meresahkan. Sebagai Orang Hindu Bali kami melihat cara licik pemasar HK untuk menjerat umat Hindu Bali (HB) dengan pura-pura mengaku Hindu Bali untuk mengkonversi umat Hindu Bali menjadi HK adalah kebusukan dan tindakan licik. 

Silahkan berkeyakinan apapun sesungguhnya tidaklah masalah. Mengajak orang masuk HK juga silakan jika kalian bisa, namun dengan cara jujur. Jangan menjadi pembohong / penipu dengan pura-pura Hindu Bali padahal HK. Itu yang merupakan masalah yang mengganggu bagi kami, umat Hindu Bali. 

Jaksa Agung pernah mengeluarkan keputusan nomor 107 tahun 1984 bahwa ajaran HK adalah terlarang. Tidak mungkin keputusan itu dikeluarkan tanpa dasar yang cukup. Pasti sangat cukup alasan bagi Kejaksaan Agung saat itu untuk memutuskan bahwa ajaran HK adalah tidak layak dan tidak patut berada di Indonesia. Dan keputusan tersebut masih berlaku sampai detik ini. 

Ada sangat banyak bukti otentik dan sah bahwa HK jelas-jelas berbeda dengan Hindu Bali. Tidak akan dibahas di sini. Dan silakan saja HK meyakini apapun yang mereka yakini. Keinginan kami sangat sederhana : jangan bohongi masyarakat Bali dengan mengatakan HK adalah Hindu atau Hindu Bali. Jika ingin menarik orang Hindu Bali menjadi HK, sampaikanlah dengan jujur bahwa kalian ingin menariknya keluar dari HB utk masuk HK. Janganlah berdusta. 

Kesamaan-kesamaan kecil seperti adanya nama tokoh Krisna (di HK diyakini Tuhan, di HB salahsatu Avatara Wisnu), adanya kitab Bhagavadgita (di HB bukan hanya kitab BG tapi juga Lontar-Lontar dll). Adanya istilah-istilah misalnya : Veda, Dharma, Sanatana Dharma, dan istilah-istilah Sansekerta bukanlah berarti HK bisa mengklaim bahwa HK = HB. Bahasa bisa saja sama atau di sama-samakan namun Konsepnya tetap berbeda jauh. 

Dan secara hukum Indonesia, HK tidak boleh menyebarkan ajarannya di Indonesia. Artinya jika HK menyebarkan ajarannya dapat dianggap HK telah melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. 

ANCAMAN TERHADAP BUDAYA BALI DAN KEDAMAIAN DI BALI 

Ketika seorang teman bertanya : Apakah HK dapat mengacau Budaya Bali? Saya lugas menjawab : iya ! Sangat iya..!
Hindu Bali adalah kombinasi / persenyawaan antara nilai2 Hindu dan nilai2 Bali. Sekali lagi sy lbh senang menggunakan "persenyawaan" daripada "percampuran". Krn suatu persenyawaan adalah lbh solid dan menyatu drpd sebuah percampuran biasa. 

Nilai Hindu dan Nilai Bali telah bersenyawa sedemikian rupa sehingga membentuk Hindu Bali yang unik dan eksotik. Sulit utk memilah-milah dan memisah-misah mana yg berasal dari elemen nilai Hindu dan mana yang berasal dari elemen nilai asli Bali. Dan juga tidaklah perlu lagi utk melakukan pemilahan tersebut, karena proses persenyawaan tersebut berlangsung harmonis dan saling mengisi. Dan menjadikan Hindu Bali yang sangat komprehensif dan luar biasa estetis. 

Tidaklah relevan lagi utk memilah atau mendikotomikan, mana agama dan mana budaya, atau mendikotomikan mana yang diikuti jika ada pertentangan nilai antara agama dan budaya, dan seterusnya. Cara pikir itu adalah cara pikir ilmu perbandingan agama yang tidak selalu objektif, karena sebagian besar menggunakan / didominasi perspektif agama samawi (agama2 timur tengah) atau agama-agama Abrahamik. 

Leluhur kita mempunyai pola pikir dan pola pendekatan khas, yang tidaklah harus sama dengan pola pikir ilmu perbandingan agama tersebut. Para ahli perb agama melihat agama-agama dengan kacamata agama-agama abrahamik dan dengan sok yakin (ibarat Tuhan saja) melakukan penilaian sempit bahkan melabeli agama-agama lain dgn label polytheis, animis, pantheis, dll, dengan nada merendahkan. 

Terhadap sikap mereka tsb maka sikap kita mestinya begini : Kalau kita polytheis atau animis, so what gitu loh ? Hehehe. Itu kan perspektif / kacamata / sudutpandang anda. Apakah anda memakai kacamata yang tepat atau tidak pun belum tentu. 

HK pun demikian. Dengan maksud mengkonversi Hindu Bali menjadi HK, mereka bersikap seakan Hindu Bali (atau mungkin sebagiannya tak sadar telah jadi "korban" teknik "marketing" HK sehingga merasa diri Hindu, ikut memasarkan HK) untuk mengajak orang Bali menjadi HK. 

Mereka, dengan maksud membuat HK terkesan lebih baik, akan misalnya menyoroti mahal dan ribetnya upacara Hindu Bali sebagai senjata menjelekkan Hindu Bali (padahal ada nista madya utama). Mereka catut terus dan tonjolkan nama-nama BG, Veda, Sanatana Dharma, dan berbagai istilah Hindu agar diterima masyarakat Hindu Bali sebagai saudara Hindu, untuk kemudian suatu saat dibelokkan menjadi konsepTuhan Krisna dan ajaran2 mereka. 

Kegiatan berdasarkan kepalsuan ini jelas mengancam Budaya Bali yang adalah budaya Hindu Bali. Jika ajaran HK yang dipraktikkan di Bali dan umat Hindu Bali terkonversi menjadi HK maka Bali akan jadi India kedua. Lalu apa menariknya Bali? Hilanglah segala keunikan budaya, adat, tradisi Bali selama ini menjadi ciri Bali yang berlandaskan nilai-nilai Hindu Bali. Belum lagi potensi konflik antara HB dan HK mengingat HK cenderung bersikap fanatis dan bahkan radikalis (padahal mestinya sadar dirinya sudah jelas-jelas melanggar hukum / Kep Jaksa Agung 107/1984). 

Demikian intisari kajian mengenai keberadaan HK yang berpotensi menimbulkan konflik baik secara kuktural, sosial, maupun legal. Ini baru sebagian kajian. Potensi problem lainnya dari keberadaan HK sangat banyak dan belum diulas dalam tulisan ini. Yang juga berdampak terhadap dimensi ideologi, politik, ekonomi, dan pendidikan. 

Semoga pandangan dalam tulisan ringkas ini cukup jelas dan lugas menyampaikan inti pandangan kami penganut Hindu Bali mengenai HK dan kekhawatiran logis masyarakat Hindu Bali terhadap aliran yang menghalalkan kebohongan untuk menambah jumlah pengikutnya ini. 

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati segala upaya yang berlandaskan kebenaran dan kejujuran dan menghukum mereka yang melakukan kebohongan dan kelicikan atas nama Tuhan. 

Hormat saya, 
Dr. Ida Bagus Radendra S., SH, MH.

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual