Pura Puru Sada, Warisan Budaya Bersejarah Kerajaan Mengwi di Desa Kapal, Mengwi, Badung
Pura Puru Sada, yang terletak di Desa Kapal, Mengwi, Badung, merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat yang menjadi cagar budaya bersejarah di Bali. Meski keberadaannya belum begitu dikenal secara luas, pura ini memiliki nilai sejarah yang luar biasa sebagai salah satu peninggalan kuno di Pulau Bali.
Sejarah Pura Puru Sada
Berdasarkan Prasasti Pakraman Kapal yang berupa lempengan tembaga (tamra lingga), Pura ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Bali, Sri Maharaja Jaya Sakti (1133-1150 Masehi). Nama Pura Purusadha (singkatan dari Pura Prasadha) dipugar pada masa kejayaan Majapahit dan dipersembahkan kepada Siwa Guru bersama dengan Bhatara Sakti Jayanggrat dan Bhatara Sri (Manik Galih).
Selain itu, menurut lontar Kuntara Kanda Purana Bangsul, Pura ini erat kaitannya dengan legenda Sri Maharaja Sek Sukaranti, yang dipercaya berasal dari keturunan Bhatara Surya (Sang Hyang Surya Raditya) dan Sang Hyang Ratih. Tempat ini menjadi saksi perjalanan spiritual leluhur yang berperan besar dalam peradaban Bali kuno.
Dalam berbagai sumber, seperti Lontar Sari Manik Tuluk Biu dan Lontar Babad Celuk, disebutkan bahwa pura ini memiliki Candi Agung (Prasadha) yang menjadi ciri khas, bukan Meru seperti pada pura lainnya. Candi ini menjadi stana suci Bhatara Guru atau manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Pelinggih Ratu Made dan Ida Bhatara Sakti Blambangan
Di belakang candi utama, terdapat Pelinggih Ratu Made, yang merupakan stana Ida Bhatara Sakti Blambangan. Berdasarkan cerita, Ida ditunas (dimuliakan) di Pura Sada karena saat Ida menjadi Ratun di Kapal, Ida tidak memiliki keturunan (enten nenten medruwe putra). Oleh karena itu, umat yang merasa memiliki ikatan batin atau keturunan wajib menunjukkan bakti mereka dengan sembahyang di pura ini.
Saat odalan (upacara keagamaan di pura) berlangsung, para keturunan yang nangkil (datang) kerap harus antre karena banyaknya umat yang ingin menghaturkan bakti. Hal ini mencerminkan betapa besar penghormatan terhadap Ida dan nilai spiritual pura ini.
Struktur Pura Puru Sada
Struktur Pura Puru Sada mengikuti konsep Tri Mandala, yaitu:
1. Nista Mandala (Jaba Sisi)
Pada area ini terdapat Pelinggih Soka Asti, Meja Beton di depan Candi Bentar, Pelinggih Ratu Sedahan Bingin, dan Pelinggih Jaran.
2. Madya Mandala (Jaba Tengah)
Di area tengah terdapat Bale Gong, Gedong Parerepan, Bale Sumanggen, Pawaregan (dapur suci), dan Bale Kulkul (Gendongan).
3. Utama Mandala (Jeroan)
Di bagian inti pura, terdapat Candi Agung (Prasadha) sebagai ciri khas Pura Puru Sada, bersama beberapa pelinggih lainnya, seperti:
Pelinggih Ratu Manik Galih
Pelinggih Ratu Made
Pelinggih Bhatara Sri (Lumbung)
Pelinggih Gunung Agung dan Gunung Batur
Pelinggih Gusti Celuk
Pelinggih Ratu Pasek dan beberapa lainnya.
Pura ini juga memiliki elemen unik seperti patung-patung dan relief kuno yang dipercaya berasal dari masa prasejarah. Pada saat pemugaran tahun 1949, ditemukan peti batu di dasar Candi Agung, namun isinya tidak dibuka atas saran Ida Pedanda waktu itu.
Nilai Sejarah dan Spiritual
Sebagai salah satu pura tertua di Bali, Pura Puru Sada tidak hanya menjadi pusat persembahyangan, tetapi juga simbol peradaban kuno yang memiliki nilai sejarah tinggi. Pura ini dahulu menjadi pusat kerajaan Mengwi pada masa pemerintahan Raja Mengwi pertama, I Gusti Agung Ngurah Made Agung Bima Sakti atau Cokorda Sakti Blambangan, yang menguasai wilayah Buleleng, Blambangan, Jembrana, dan Mengwi.
Sebagai umat Hindu, kita wajib menjaga dan melestarikan keberadaan pura ini, sembari tetap menunjukkan bakti kepada Ida Bhatara yang berstana di sana.
Kesimpulan
Pura Puru Sada bukan hanya situs suci bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang harus dihormati dan dijaga. Dengan segala keunikan struktur, sejarah, dan nilai spiritualnya, pura ini layak menjadi salah satu destinasi ziarah dan edukasi budaya.
---