Jejak Dahsyat Meriam Sunan Kuning: Jebolnya Benteng Kartasura

Bekas Tembakan Meriam Pasukan Mas Garendi Ketika Menjebol Keraton Kartasura 
Berawal dari "Geger Pecinan" sebuah tragedi VOC membantai orang-orang Tionghoa di Batavia pada bulan Oktober 1740. Sejumlah orang Tionghoa yang melarikan diri kemudian bersekutu dengan kekuatan Mataram di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka mengucap sumpah setia pada Pakubuwono II dan menggalang kekuatan untuk melawan VOC.
VOC yang terkenal licik kemudian memainkan strategi untuk meredam perlawanan pasukan gabungan Mataran & Laskar Tionghoa. Pada awal 1742, VOC berhasil menekan beberapa posisi Mataram dan Laskar Tionghoa. Sadar posisinya terjepit, Sri Susuhunan Pakubuwono II yang awalnya memerangi VOC kemudian memutuskan untuk berbalik dan mendukung VOC.
Peperangan semakin besar setelah membelotnya Pakubuwono II kepada VOC. Kemudian, Pasukan gabungan Jawa - Tionghoa yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi dan Kapitan Sepanjang terlus melakukan perlawanan terhadap VOC dan Pakubuwono II.
Pihak-pihak yang mendukung Raden Mas Garendi:
* Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) 
 * Patih Natakusuma, patih bawahan Pakubuwana II yang memilih mendukung RM Garendi dan pasukan Tionghoa
* Tumenggung Martapura, bupati Grobogan
* Tumenggung Mangun Oneng, bupati Pati
* Singseh, pemimpin laskar Tionghoa dari Tanjung Welahan (dekat Demak)
* Kapitan Sepanjang, pemimpin pemberontakan Tionghoa dari Batavia
Raden Mas Garendi kemudian mendapat jukukan Sunan Kuning karena sebagian pasukanya berasal dari etnis Tionghoa, mereka bergerak untuk merebut Keraton Mataram di Kartasura, Puncak dari Geger Pecinan terjadi pada 30 Juni tahun 1742. Pasukan gabungan Jawa-Tionghoa menyerang istana Kasultanan Mataram di Kartasura. Pasukan Mas Garendi berhasil menjebol benteng istana Kartasura. Penjebolan dilakukan dengan menggunakan meriam, jejak dahsyatnya serangan ini masih bisa ditemui hingga saat ini. Jejak tersebut berupa jebolan tembok selebar 2 meter di komplek Situs Karaton Kartasura di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah.
Pakubuwana II dan keluarganya menyelamatkan diri dari peristiwa tersebut, evakuasi Pakubuwono II dan keluarganya dipimpin oleh Kapten Van Hohendorff (pemimpin tentara kolonial VOC di Kartasura). Mereka melarikan diri ke Magetan melalui Gunung Lawu. Pakubuwono II kemudian mendapat perlindungan dengan aman di Ponorogo..
Tanggal 1 Juli 1742 setelah puncak serangan Geger Pecinan ke Karaton Kartasura, Raden Mas Garendi naik tahta dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping V", atau Sunan Amangkurat V
* Salah satu pasukan Tionghoa yang ikut perang, ada satu pendekar wanita yang bernama Tan Peng Nio, yang berasal dari kekaisaran Qing di Tiongkok, setelah perang selesai, ia menikah dengan Adipati Kolopaking III, pemimpin Kadipaten Panjer (Kebumen).
Kisah perjalanan Tan Peng Nio bisa dibaca di postingan saya: facebook.com/100001856336410/posts/28224799117165255/?

* Abror Subhi, Dikutip dan Disusun Kembali Dari Berbagai Sumber

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene