Contaminate Inner Child

Gimana pengaruh ✨inner child yang terluka✨ pada diri kita saat dewasa?

Ada 11 dampak dari 'wounded inner child' yang disingkat sebagai CONTAMINATE.

Mungkin kita mengalaminya. A thread.
Disclaimer: thread ini gak dibuat utk menyalahkan ortu & pengalaman masa lalu. Kalau bisa, jadikan ini sebagai bahan refleksi dan kesadaran diri untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara mental & emosional 😊🙏
Apa itu inner child?

Inner child adalah konsep dalam psikologi populer, yang menggambarkan sisi kekanak-kanakan setiap orang dewasa.

Pas aku belajar di S1-S2 Psikologi, istilah ini sangat jarang dipakai. Di Psikologi lebih dibahas pada konsep Child Archetype dari Carl Jung.
Individu dewasa pasti memiliki kepribadian, nah inner child ini adalah subkepribadian yang berasal dari alam bawah sadar.

Meski bukan kontributor tunggal kepribadian, inner child tetap memiliki peran membentuk sikap dan perilaku kita dalam merespons situasi.
Pengalaman di masa kecil (terutama sebelum puber), diyakini sebagai pengalaman yang membentuk alam bawah sadar kita.

Tiap orang mengalami & menghayati pengalaman secara unik. Inilah yang membuat 'luka' tiap orang berbeda sehingga wujud kepribadiannya berbeda di masa dewasa.
Meski berbeda, ada juga beberapa kesamaannya. Biasanya terlihat sebagai pola, walaupun rumusnya gak pernah pasti.

Semua yang terjadi di masa lalu adalah faktor, bukan penentu tunggal.

Jadi, bisa aja pengalaman kita mirip tapi sikap & perilaku kita berbeda ya.
Ada 11 cara 'inner child yang terluka' mensabotase kita saat dewasa.

Disingkat CONTAMINATE yang secara harfiah artinya 'mencemarkan'.

Kayaknya bakal jadi thread panjang, mohon bersabar yah 😅
C - Co-dependence

Ketika kita memiliki codependency, jati diri kita dibentuk oleh gimana kita menggantungkan harapan, kebahagiaan, & kebutuhan kita pada orang lain.

Anak yg tumbuh di keluarga penuh kekerasan cenderung memiliki codependency ini sehingga sering hilang jati diri. https://t.co/
Seiring waktu, anak makin sulit menumbuhkan konsep diri dan self-esteem yang sehat nan positif dari dalam dirinya.

Akhirnya anak cenderung mencari hal-hal di luar rumah. Karena minim bimbingan ortu, sebagian anak justru terjerumus ke hal-hal negatif.
O - Offended Behaviors

Inner child yang terluka tuh gak hanya tentang kesedihan2 tapi juga bisa terwujud dalam agresivitas.

Kenapa ya ada orang2 yang akhirnya jadi pelaku kekerasan?

Beberapa faktornya adalah saat kecil jadi korban kekerasan atau terlalu dimanja.
Anak yg jadi korban kekerasan mungkin merasa powerless, menderita, dan perasaan itu gak diselesaikan.

Untuk bertahan dari rasa sakit, anak kehilangan semua rasa identitasnya (sense of identity) dan sebagai gantinya mengidentifikasi diri dengan pelaku.

😭
Ingat, gak semua pelaku kekerasan ada pengalaman traumatis ya.

Faktor lain adl pola asuh yg terlalu dimanjakan, bikin anak jadi gak terbiasa punya rasa tanggung jawab.

Akhirnya melakukan tindak kekerasan dgn anggapan "nanti juga ada yg beresin", bisa jadi uang, orang lain, dsb.
N - Narcissistic Disorder

Kita semua butuh dicintai & diterima. Setiap anak butuh ortu yg bisa diandalkan & perhatian.

Ketika ini gak terpenuhi, maka konsep diri kita dapat dikatakan 'rusak' sehingga saat dewasa kita cenderung sulit puas akan perhatian & afeksi dari orang lain.
Beberapa kemungkinan bentuk narsisistik saat dewasa:

☑️Sering merasa gak puas thdp relasi.
☑️Selalu ingin cari yg sempurna.
☑️Jadi pecandu.
☑️Materialistis utk merasa berharga.
☑️'Memakai' anak utk memenuhi kebutuhan narsisistiknya.
☑️Selalu ingin tampil karena butuh sanjungan.
T - Trust Issues

Ketika ortu adalah figur yang sulit dipercaya, maka anak cenderung mengembangkan kewaspadaan dana rasa gak percaya yang mendalam terhadap orang lain.

Contoh: ketika ortu sering bohong/ingkar janji, gak mau mengerti ketika anak cerita, gak bisa diandalkan, dsb.
Untuk bisa percaya, anak dgn trust issue berlindung di balik dorongan utk mengontrol.

Ketika sulit mengontrol, sebagian anak dgn trust issue jadi terlalu takut utk percaya.

Sebagian lagi jadi naif/mudah terperdaya karena gak terbiasa mampu melihat mana sosok yg bisa dipercaya.
A - Acting Out/Acting In Behaviors

Acting Out:

Ketika kita gak bisa menyelesaikan masa lalu, semua energi emosional terkait rasa sedih & trauma menjadi 'beku'.

Karena gak terekspresikan secara sehat, energi ini terus mencoba menyelesaikan sendiri dlm bentuk perilaku agresif.
Acting In:

Kita menghukum diri sendiri seperti kita dihukum saat kecil. Anak yg dilarang marah (karena dosa/buruk) cenderung mengalihkan kemarahannya ke dalam, melawan dirinya sendiri.

Akibatnya, kita merasa tertekan, apatis, & merasa tidak berdaya untuk mencapai tujuan hidup.
Contoh acting out: menyalahkan orang lain
Contoh acting in: menyalahkan diri sendiri

Jadi apapun situasinya, respons kita cenderung mencari siapa yg salah dan harus dihukum.

Padahal kan gak semua situasi sekaku itu ya :(
M - Magical Beliefs:

Kita punya kebutuhan utk bisa bergantung pada orang lain secara sehat. Ketika ini gak terpenuhi atau malah membuat kita terluka, maka anak akan mungkin mengembangkan keyakinan yang sifatnya kaku, cenderung gak realistis dan rasional. https://t.co/JTZnDQsEt8
Contoh Magical Thinking (MT):

Kalau aku punya uang, semua akan terkendali.
Aku gak bisa hidup tanpanya.
Kalau aku kerja keras, aku pasti sukses.

MT perempuan: "aku harus menunggu laki-laki yg tepat" (pasif)
MT laki-laki: "aku harus mencari perempuan yg lebih baik" (sulit puas)
I - Intimacy Dysfunctions

Ketika anak merasa perasaan & kondisinya gak diterima oleh ortunya, anak jadi sulit numbuhin rasa diri (sense of self).

Saat dewasa kita jadi sulit berelasi intim karena gimana orang lain bisa mengenal kalau kita gak bahkan gak benar2 kenal siapa kita? https://t.co/klHDWPexcw
Ketika anak merasa diabaikan/dilecehkan, anak akan sulit set healthy boundaries.

Saat dewasa kita jadi takut ditinggalin, sehingga mungkin:
☑️merasa pantas diperlakukan buruk sebagaimana saat kecil
☑️melakukan apapun agar gak ditinggalin termasuk yg merendahkan harga diri kita
N - Non-disciplined Behaviors

Ketika orang tua gagal mencontohkan disiplin, anak menjadi tidak disiplin.

Saat dewasa kita mungkin jadi pemalas, sering menunda, gak sabaran, memberontak, mementingkan diri sendiri, keras kepala, dan bertindak impulsif tanpa berpikir.

🙂
Ketika orang tua dgn kaku mendisiplinkan, anak menjadi terlalu disiplin.

Saat dewasa kita jadi kaku, obsesif, terlalu patuh, people pleasing, sering merasa malu & bersalah. 

Tapi kebanyakan dari kita punya inner child yg berfluktuasi antara kedua kondisi disiplin tsb.
A - Addictive/Compulsive Behaviors

Biasanya karena kebutuhan di masa kecil yg gak terpuaskan dan perasaan dikendalikan oleh orang lain.

Saat dewasa jadi merasa lebih punya kendali tapi karena gak dikelola jadi kebablasan & malah adiksi/kompulsi yg sulit dihentikan. https://t.co/
Selain zat adiktif, contoh lainnya:

☑️Aktivitas: overwork, belanja, judi, seks, dan ritual keagamaan
☑️Kecanduan berpikir: obsesi, overthinking
☑️Kecanduan perasaan: emosi yg intens
☑️Benda: uang, dll.

Intinya apa pun yg dianggap asyik dan jadi sumber kesenangan.
T - Thought Distortions

Orang dewasa dgn pikiran yg kekanakan. Kayak gimana tuh?

Anak kecil tuh makhluk dgn cara berpikir absolut. Ketika dewasa, mungkin kita berpikir black/white. Contoh: Kalau kamu tidak suka aku, artinya kamu benci aku.

Kaku banget ya... ada lagi...
Anak kecil berpikir secara gak logis. Ketika dewasa, kita mungkin menggunakan emotional reasoning.

Contoh: "Aku tadi salah ngomong kayaknya, pasti orang-orang jadi benci sama aku."

Kita seolah-olah menyatakan fakta, padahal itu perasaan kita aja~
Anak butuh belajar memisahkan pikiran dari emosi.

Ketika ini gak dicontohkan, maka saat dewasa kita punya 'pemikiran emosional'. Misal:dgn overthinking sbg cara utk menghindari emosi menyakitkan.

Atau menggunakan perasaan utk berpikir, misal: ambil keputusan karena emosi.
Anak berpikir secara egosentris, yang diwujudkan dalam segala sesuatu yang mereka personalisasi.  Anak gak sepenuhnya mampu ambil perspektif orang lain. 

Saat dewasa jadi rentan self-blaming. Misal: "Jika Ayah mengabaikanku, itu pasti berarti ada yang salah denganku."
E - Emptiness (Apathy, Depression)

Karena kita gak menjadi diri kita yang sebenarnya, kita jarang benar-benar hadir penuh (mindful). Bahkan ketika orang lain mengagumi & bergantung pada kita, kita merasa kosong & hampa.

Akibatnya kita merasa kesepian.
Inner child yg terluka membuat kita jadi merasa ada yg hilang tapi gak tau apa yg perlu dicari.

Ini saking kita gak kenal dengan diri sendiri, kerap dikontrol orang lain, dan mengalami berbagai pengalaman traumatis yg gak pernah diselesaikan.

Nangis in... 3... 2... 1!😭😭
Inner child itu kondisinya bukan terluka atau tidak terluka sama sekali. Bukan yah.

Tapi sifatnya seperti kontinum, misal dilihat berdasarkan seberapa parah lukanya.

Yang bikin ini masalah adl kalau inner child yg terluka gak kunjung diobati & menjalar ke aspek lain di diri.
Pengalaman gak menyenangkan di masa kecil belum tentu disebut inner child yang terluka.

Umumnya, wounded inner child terbentuk karena kebutuhan dasar dari aspek emosional kita sbg anak tidak terpenuhi secara sehat.

Bisa jadi kebutuhan ini gak terpenuhi:
Selain kebutuhan yg gak terpenuhi, mungkin juga ditambah dgn kondisi ortu yg gak matang secara emosional.

Akibatnya semakin kecil kemungkinan ortu utk menyadari dan membantu menyelesaikan wounded inner child yg dimiliki anak :((((

Apapun penyebabnya, ketika kita dewasa saat ini maka kitalah yg bertanggung jawab untuk menyelesaikannya dan memulihkannya.

Menyalahkan orang lain dan mengutuk keadaan gak membuat masa lalu kita berubah.

Setidaknya masa depan kita upayakan agar bisa lebih cerah 🤗
Aku gak punya tips untuk memulihkan inner child yg terluka ini. Menurutku dalam proses pemulihannya memang sangat membutuhkan profesional, seperti psikolog.

Sama kayak misal kita baca step2 penyembuhan patah tulang pas dicoba sendiri pasti gak langsung bisa & berhasil kan? Hehe
Konsep CONTAMINATE ini bisa dibaca secara detail di buku ini ya. Ebook bisa dibaca via Google Play Books harganya gak sampai 100ribuan kok 😍  https://t.co/RX8vXsExuR
Ritual keagamaan bentuknya obsesif-komplusif sih, kebetulan itu pembahasannya di Addiction/Compulsive ya hehe

Kalau pada muslim yg pernah kutemukan bentuk OCD-nya adalah wudhu berulang2. Penjelasannya di jurnal berikut ya: Religion and obsessionality: obsessive actions and religious practices

https://t.co/c4ntt0thJ6 https://t.co/zL6h4Po1ob

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual