KETIKA MUSAFIR YUNANI TERDAMPAR DI BALI TAHUN 50 M

Sugra pekulun

Benarkah Bali memulai zaman sejarah sekitar tahun 800 an ?
Benarkah di Awal masehi, Bali belum punya budaya yang adiluhung dan belum ada raja yang memerintah ?

Catatan seorang musafir Yunani ( Greek ) yang terdampar di Bali tahun 50 M berbanding terbalik dengan pernyataan diatas.

Ngiring disimak petualangan Beliau : 

Seorang  musafir  bangsa  Yunani  (Greek)  bernama  Yambulos  menulis dalam  buku  catatannya,  bahwa  ia  pernah  datang  berkunjung  ke  Bali  kira-kira  di  dalam tahun  50  sesudah Masehi.  Ia  mengisah Mulakan  tentang  perjalanannya  itu  sebagai berikut. 

Mula - mula  ia  beserta  dengan  beberapa  orang  kawan-kawannya  meninggalkan negerinya  belajar,  ingin  mengetahui  keadaan  negeri  asing.  Akan  tetapi  malang  baginya, di  tengah tengah  perjalanan  perahunya  tiba-tiba  dilanggar  oleh  angin  taufan.  Beberapa hari lamanya tinggal terombang-ambing  kehilangan  pedoman  di  tengah  lautan, akhirnya  perahunya  itu  terdampar  di  pantai  benua  Afrika.  Mereka  dapat  ditawan  oleh perampok-perampok bangsa  Ethiopia,  sesudah  semua  perbekalannya habis dirampas, barulah  mereka  di  merdekakan  pulang  kembali ke  tanah  airnya. 

Kecelakaan  yang  dialami  oleh  mereka  itu,  ternyata  tiada  dapat  mematahkan semangatnya,  didorong  oleh  hasratnya  yang  keras  hendak  mengetahui  keadaan  dunia luar.  Oleh  karena  itu  mereka  bersiapsiap  lagi  hendak  melanjutkan  pengembaraannya itu.  Sesudah  selesai  mengatur  segala  persiapan  yang  diperlukan,  maka  mereka  bertolak lagi  meninggalkan  negerinya.  Perjalanannya  itu  menuju  arah  ke  timur,  akhirnya mereka  tiba  di  kepulauan  Indonesia. Oleh  angin  kencang  yang  datang  dengan  tiba melanggar  perahunya  itu,  maka  mereka  terdampar  lagi di pantai  pulau  Bali. 

Yambulos  mengatakan,  bahwa  setelah  tiba  di  Bali,  ia  dengan  kawan kawannya  itu  disambut  oleh  penduduk  di  sana  secara  ramah-tamah. Mereka  lebih dahulu  diantar  ke  istana,  guna  menghadap  seorang  raja  yang  berkuasa  di  Bali.  Sayang mereka  tiada  menerangkan  siapa  namanya  raja  itu,  dan  di  mana  letaknya  istana  yang dikunjunginya.  Oleh  keindahan  alam  pulau  itu,  Yambulos  beserta  dengan  kawankawan nya  itu  sampai 7  tahun  lamanya  tinggal  merantau  di pulau  Bali. 

Pengalamannya  selama  itu  di  Bali,  Yambulos  menceritakan  keadaan  di  situ demikian : Raja  yang  berkenan  menerima  kedatangannya  itu,  ternyata  amat  baik budinya,  keramah tamahnya  menerima  tamu  orang  asing,  menunjukkan,  bahwa  raja  itu sudah  mempunyai  pengetahuan  tinggi.  Peradaban  dan  susunan  masyarakat  di  Bali,  ia menerangkan  sudah  teratur  baik.  Rakyat  amat  cinta  dan  setia  kepada  rajanya,  hukum adat  menjadi  pegangan  penduduk  di  dalam  pergaulan.  Mereka  kebanyakan  sudah mendapat  didikan  ilmu  pengetahuan,  kepandaian  membaca  dan  menulis  sudah  dimiliki oleh  mereka  itu. 

Sumber  mata  air  yang  terdapat  di  sana-sini, menyebabkan  pulau  Bali  subur dan makmur. Pohon-pohonan  di  situ  berbuah  lebat  sepanjang  masa, penduduk  tiada pernah  menderita  lantaran  kekurangan  makanan.  Yang  menjadi  pokok  penghidupan mereka  untuk  makannya  tiap-tiap hari,  ialah  biji  tumbuh menyerupai  pohon  tebu  atau  jagung  katanya.  Biji  tumbuh-tumbuhan   itulah  yang  biasa direbus  oleh  mereka  dengan  air  panas,  kemudian  sesudah  mekar  sebesar  telur  burung dara,  lalu  dimakan berkepal-kepal, agaknya  selaku  jajan.  Mereka  memakan  juga  sayur-sayuran,daging ular besar-besar  dan  daging  binatang  kecil-kecil  sebangsa  jangkrik dan  belalang,  adalah  menjadi kegemaran  mereka  untuk  makanannya  tiap-tiap hari. 

Sejenis tumbuh-tumbuhan juga yang biji buahnya menghasilkan benang, ditanam mereka pada tiap-tiap rumah tangga. Benang itu lalu ditenun oleh kaum wanitanya sehingga menjadi kain untuk pakaian mereka. Warna yang digemari oleh mereka itu, ialah ungu atau merah tua. Sebangsa daun-daunan dapat dipergunakan untuk membuat warna-warna itu, kain-kain yang sudah selesai ditenun lalu dicelup dengan bahan-bahan itu, sehingga mereka memperoleh warna yang dikehendakinya. 

Sejenis pohon-pohonan terdapat juga di Bali, yang buahnya dapat dipergunakan minyak, sesudah diparut dan diperas. Kecuali dipakai minyak, buah pohon-pohonan itu dapat juga dipergunakan untuk minuman keras, yang dapat disamakan dengan anggur. Minuman itu amat digemari oleh penduduk laki-laki.  

Keadaan penduduk Yambulos mengatakan kebanyakan tinggi besar tubuhnya, rata-rata lebih dari 4 el panjangnya. Tampakannya mereka agak bungkuk, tetapi nyatanya yang besar-besar membelit lengannya, menyatakan akan kekuatan tenaganya. Jikalau mereka membulatkan kepalanya, serasa tak ada orang yang sanggup membuka tinjunya itu. Kulit mereka kelihatan bersih-bersih, lantaran jarang ditumbuhi oleh bulu-bulu. Mereka jarang ditimpa penyakit, oleh karena itu umur mereka rata-rata lebih dari seratus tahun.  

Tentang kepercayaan penduduk Yambulos mengatakan, bahwa mereka selalu menyembah Dewa-dewa yang disangkanya berkahyangan di atas Surga. Di antara Dewa-dewa itu, ialah Dewa Matahari yang paling dimuliakan, dipuja-puja oleh mereka tiap-tiap hari. Sambil membakar menyan dan bau-bauan yang harum mereka mengucapkan mantra-mantra untuk memuja Dewa Matahari itu. Akan tetapi di antaranya (p.😎 terdapat juga penduduk yang memuliakan Dewa Brahma dan Wisnu, sehingga Yambulos memperoleh keyakinan, bahwa kepercayaan mereka sudah dipengaruhi oleh perkembangan Hinduisme.  

Berkenaan dengan susunan masyarakat yang dikatakannya sudah teratur itu, Yambulos melanjutkan keterangannya, bahwa di Bali pada waktu itu sudah terdapat ahli pertukangan dan kesenian, begitu juga orang-orang berdagang di dalam pasar. Akan tetapi perdagangan itu mereka lakukan secara tukar-menukar barang-barang, mereka belum mengenal alat-alat pembayaran untuk melancarkan perdagangannya itu. Golongan pahlawan-pahlawan perang dipandang paling tinggi derajatnya, sedang golongan nelayan dan pemburu mereka pandang lebih rendah tingkatannya. Rakyat jelata kebanyakan bertani mengusahakan sawah ladang untuk bercocok tanam. Mereka tinggal  berkampung adatistiadat,  persatuan  kampung kampung  di  bawah  pimpinan  seorang  kepalanya  yang  mengenal kampung  itu  merupakan  sebuah  desa  yang  diperintah oleh  seorang  kepala  desa  yang  berkewajiban  menjalankan  hukum  adat  itu.  Sabda  raja dipandang  sebagai  Undang-undang  yang  harus  ditaati oleh  sekalian  penduduk. 

Sekianlah  keterangan  Yambulos  yang  terdapat  di  dalam  buku  catatannya, menggambarkan  keadaan  di  Bali  selama  kunjungannya  itu. 

Note:  
Pemberitaan  Yambulos  itu,  sudah  pernah  dimuat  pada  halaman  surat  kabar harian “ Surabajach-Handesblad “
yang  terbit  di  kota  Surabaya  pada  tanggal  10 Oktober 1921. 

Menarik untuk didiskusikan karena mungkin banyak yang tidak percaya, tapi ada banyak hal yang masuk akal pada Tulisan diatas. Selama ini, beberapa sumber menyebut bahwq Bali mulai jaman sejarah tahun 800 an dengan ditemukannya Prasasti berangka paling tua yaitu berangka tahun 804 Saka. Ada Juga asumsi bahwa di Bali belum ada Kerajaan sebelum Dinasty Warmadewa ada Juga pendapat bahwa di Bali belum mengenal tulisan karena minimnya bukti. Tapi paling tidak uraian dibawah mungkin bisa mengkonter asumsi itu :

- Sekte Sora ( Surya atau Memuja Matahari ) adalah satu yang berkembang di Bali saat Pemerintahan Raja Udayana sekitar tahun 1000 an. Atas jasa Mpu Kuturan akhirnya ada Penyatuan Sekte. Tapi memuja Sang Surya tetap eksis di Bali sampai saat ini terutama tradisi Nyuryasewana dan saat Panca Sembah yang mana Justru setelah Sembah Puyung, Sembah selanjutnya adalan Nyembah ke Surya sebagai saksi. Kemungkinan Sekte ini sudah ada sejak awal masehi. Dan Yambulos bilang bahwa saat itu di Bali, Dewa yang paling dimuliakan adalah Dewa Matahari

- Temuan arkeologi di situs Sembiran, Pacung dan Pangkung Paruk mengindikasikan hubungan Bali dengan India, Asia Tengara daratan dan Tiongkok. Diperkirakan hubungan tersebut terjadi pada pertengahan Abad Kedua sebelum Masehi atau 2150 yang lalu.Temuan arkeologi yang ditemukan berupa gerabah, manik  manik kaca dan Karnelian serta lempengan daun emas penutup mata dari India, Gerabah yang menunjukkan ciri khas Asia Tenggara, Gerabah dan cermin perunggu dari Dinasti Han, Tiongkok. Meliat dari barang barang mewah itu, seperti nya tidak masuk akal kalau belum ada tulisan. 

- Tim peneliti Balai Arkeologi Denpasar menemukan kerangka manusia purba yang diperkirakan berumur 2500 tahun saat melakukan penggalian di Desa Keramas, Blahbatu, Minggu (29/08/2010). Kerangka yang masih utuh ini diperkirakan kerangka seorang abdi yang setia kepada tuannya pada zaman kerajaan silam. “Dari hasil penelitian kami, diduga dia abdi tuannya yang setia dan dikubur di samping sarkofagus tuannya,” ujar Ayu Kusumawati, koordinator Balai Arkeologi, Denpasar.
       Berarti ada juga yang mendukung    Teori Yambolus walau sebatas perkiraan, bahwa saat itu ada Raja di Bali.

- Berita dari negeri Tiongkok       Menurut  catatan-catatan resmi yang  terdapat  di  negeri  itu,  yaitu  semasa dinasti  Han  dan  Tang  menjadi  Kaisar  di  Tiongkok,  konon  katanya  serombongan utusan  dari  Bali  pernah  datang  ke  situ  pertama  kali  pada  tahun  518.  Utusan  itu membawa  surat  untuk  Kaisar  Tiongkok,  dan  dikatakannya  raja  dari  Bali  yang mengirimkan  utusan  itu  ialah  asal  keturunan  dari  keluarga  Kunja,  permaisurinya bernama  Suddhodana. Diterangkan  pula  oleh  catatan-catatan itu, bahwa raja itu bertakhta  di Bali  hingga  tahun  520.  Angka tahun ini jauh sebelum kedatangan Dinasty Warmadewa.

- Prasasti Blanjong yang berupa Tugu Batu berangka tahun 835 Saka. Prasasti Bilingual yang kata Para Ahli merupakan Prasasti tanda kemenangan Raja Sri Kecari Warmadewa. Ada juga ahli yang berpendapat bahwa yang ditaklukkan adalah Bali. Betarti ada kemungkinan bahwa ada sebuah kerajaan atau paling tidak Pemimpin dengan angkatan perangnya di Bali untuk menghadapi invansi Dinasty Warmadewa. Hanya saja bukti tertulis memang belum ditemukan. Seperti Yambulos bilang bahwa yang paling dihormati adalah Pahlawan Perang. 

Bagaimanapun juga, tradisi yang masih bertahan di Bali saat ini bukanlah produk kemarin sore, tapi diyakini dudah ada sejak jaman lawas, mari kita lestarikan 

Gambar hanya ilustrasi 

Sumber bacaan :

- Buku “ Sedjarah Bali”, Bagian Satu (from Prehistory to Gelgel at the time of King Di Madhe).                          Gora Sirikan - Nyoman Djelada 1956 
- Buku “ Stratifikasi Sosial pada masa Prasejarah di Bali “.                  Udayana University Press 2017
- Berita “ Kompas.com “ edisi Minggu, 29 Agusutus 2010 
- Buku “ Sejarah Bali Dwipa “.    Narendra Dev Pandit Sastri 1963
- Unek unek dari Seorang Pengembira Sejarah
- DLL

Matur Suksma Guru I Wayan Sariana atas kiriman Bukunya 

Jukut kangkung misi sambel sera
Kirang langkung tiang nunas gengrena sinampura

Dumogi Makasami ngemanggihin kerahayuan

Postingan populer dari blog ini

Ong Kara Ngadeg Dan Ong Kara Sungsang

Delusion Scene

Pulau Yang Pelan-Pelan Habis Terjual